Jumat, 30 Maret 2012

kamus bahasa sanskerta


Om Swastiastu
Untuk mencari arti bahasa sanskerta anda hanya perlu membuka website srimadbhagavatam.com. Jika Anda ingin mencari arti kata tertentu, maka langkah yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
  • Tentukan huruf pertama dari kata tersebut, misalnya kata jaya, huruf pertamanya adalah J
  • Anda harus mengetik seperti ini: srimadbhagavatam.com/j/jaya
  • Formatnya adalah srimadbhagavatam.com/[huruf pertama dari kata yang ingin dicari]/[kata yang ingin dicari]
Contoh lainnya adalah: srimadbhagavatam.com/r/rama, srimadbhagavatam.com/v/vivaha
Semoga tips ini bermanfaat.
 Rahayu :)

Selasa, 31 Januari 2012

download komik mahabarata

buat temen-temen yg suka baca komik pewayangan mahabarata.. silahkan download 
mahabarata buku 1
mahabarata buku 2
mahabarata buku 4
mahabarata buku 5
mahabarata buku 6
mahabarata buku 7
mahabarata buku 8
mahabarata buku 9
mahabarata buku 10
mahabarata buku 11
mahabarata buku 12
dan
mahabarata buku 13

maaf koleksinya belum lengkap, mahabarata buku 3 yg tidak tersedia.. bagi temen-temen yg punya koleksinya, saya harap bisa berbagi dgn saya..
semoga bermamfaat..


Minggu, 29 Januari 2012

arca adalah arca, tuhan adalah tuhan

dalam Kitab purana dinyatakan bahwa pemujaan arca vigraha adalah salah satu cara untuk terhubung dengan Beliau.tepatnya di srimad bhagavatam.
apa itu arca? apakah itu tuhan?
Bukan,sama sekali bukan,apakah karena hindu menghaturkan sesajen di arca,artinya sesajen itu untuk arca? Sama misalnya ketika melihat rekan2 muslim bersujud didepan kabah,apakah pemujaan sejati adalah kabah?
Karena keterbatasan pikiran manusia tentang tuhan yang maha tak terbatas,maka manusia perlu adanya media.media inilah teman bagi hindu untuk menunjukan betapa terbatasnya kita mengenal tuhan.
Timbullah pertanyaan yang bernada miring,apa yang bisa kau harapkan dari sebuah patung?
Itu pertanyaan yang bagus sekaligus sangat menggelitik bagi orang yang kualitas spiritualnya lebih tinggi.pemujaan arca dari masa ke masa tetap dilakukan,bahkan pemujaan arca disini telah melahirkan spiritualis2 hindu yang terkenal;sperti svami vivekananda.mungkin tak pernah dipertanyakan,mengapa dengan memuja arca,kualitas spiritual beliau tinggi?

Senin, 23 Januari 2012

Pengendalian Diri, Etika dan Toleransi

Om Swastyastu
isa vasyam idam sarvam
yat kim ca jagatyam jagat
tena tyaktena bhunjita ma
grdhah kasya svid dhanam

Yajurveda XL.1
(Segala sesuatu yang bergerak dan tidak bergera di alam semesta ini meliputi  dan diresapi oleh Tuhan Yang Maha Esa. hendaknya seseorang mampu mengendalaikan dirinnya dan tidak menginginkan milik orang lain)

Jumat, 20 Januari 2012

kisah lubdaka

 Lubdaka adalah seorang kepala keluarga hidup di suatu desa menghidupi keluarganya dengan berburu binatang di hutan. Hasil buruannya sebagian ditukar dengan barang-barang kebutuhan keluarga, sebagian lagi dimakan untuk menghidupi keluarganya. Dia sangat rajin bekerja, dia juga cukup ahli sehingga tidak heran bila dia selalu pulang membawa banyak hasil buruan.
Hari itu Lubdaka berburu sebagaimana biasanya, dia terus memasuki hutan, aneh pikirnya kenapa hari ini tak satupun binatang buruan yang muncul, dia semua peralatan berburu digotongnya tanpa kenal lelah, dia tidak menyerah terus memasuki hutan. Kalo sampe aku pulang gak membawa hasil buruan nanti apa yang akan dimakan oleh keluargaku..?, semangatnya semakin tinggi, langkahnya semakin cepat, matanya terus awas mencari-cari binatang buruan, namun hingga menjelang malam belum juga menemukan apa yang ia harapkan, hari telah terlalu gelap untuk melanjutkan kembali perburuannya, dan sudah cukup larut jika hendak kembali ke pernaungan.

Upacara Siwaratri

Pengertian.
Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya). Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Siwarâtri juga disebut hari suci pajagran.

Waktu Pelaksanaan.
Siwarâtri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu).


Brata Siwarâtri.
Brata Siwarâtri terdiri dari:
1. Utama, melaksanakan:
  • Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).
  • Upawasa (tidak makan dan tidak minum).
  • Jagra (berjaga, tidak tidur).
2. Madhya, melaksanakan:
  • Upawasa.
  • Jagra.
3. Nista, hanya melaksanakan:
  • Jagra.


Tata cara melaksanakan Upacara Siwarâtri.
Untuk Sang Sadhaka sesuai dengan dharmaning kawikon.
Untuk Walaka, didahului dengan melaksanakan sucilaksana (mapaheningan) pada pagi hari panglong ping 14 sasih Kapitu. Upacara dimulai pada hari menjelang malam dengan urutan sebagai berikut:
Maprayascita sebagai pembersihan pikiran dan batin.

Ngaturang banten pajati di Sanggar Surya disertai persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Surya, mohon kesaksian- Nya.
Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah sidha dewata mohon bantuan dan tuntunannya.

Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Siwa. Banten ditempatkan pada Sanggar Tutuan atau Palinggih Padma atau dapat pula pada Piasan di Pamerajan atau Sanggah. Kalau semuanya tidak ada, dapat pula diletakkan pada suatu tempat di halaman terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada:
- Sang Hyang Siwa.
- Dewa Samodaya.

Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas tirta pakuluh. Terakhir adalah masegeh di bawah di hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwarâtri, ditutup dengan melaksanakan dana punia.
Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati upowasa dan jagra.

Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam).
Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih berisi garam dan minum air putih.
Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam).

Persembahyangan seperti tersebut dalam nomor 4 di atas, dilakukan tiga kali, yaitu pada hari menjelang malam panglong ping 14 sasih Kapitu, pada tengah malam dan besoknya menjelang pagi.


Senin, 16 Januari 2012

agama dan kebudayaan hindu-budha

PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA TERHADAP MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA
PROSES MASUKNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI KEPULAUAN INDONESIA.
Hubungan Indonesia dengan india telah terjalin sejak abad pertama masehi. Hubungan ini mula-mula terjadi di bidang perdagangan dan berkembang ke bidang agama dan kebudayaan. Orang-orang india membawa barang dagangan seperti wangi-wangian, tekstil, mutiara dan permata untuk di jual di Indonesia. Sementara dari Indonesia mereka membeli barang seperti kayu cendana, kayu gaharu, cengkeh dan lada. Sejalan dengan berkembangnya hubungan kedua Negara masuk pula agama dan kebudayaan India ke Indonesia seperti agama hindu, budha, bahasa sansekerta, huruf palawa dan nama-nama berakhiran warama.
Masuknya pengaruh india ke Indonesia berjalan lancar dan berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan adanya persamaan kebudaayaan antara india dengan Indonesia. Kebudayaan india dengan Indonesia tidak jauh berbeda corak dan ragamnya. Masuknya kebudayaan india ke Indonesia makin memperkaya khazanah budaaya Indonesia.

Minggu, 15 Januari 2012

KUMPULAN UCAPAN HARI RAYA GALUNGAN LAN KUNINGAN

Buat agan-agan yang mungkin kehabisan ide untuk merangkai kata-kata ucapan hari raya galungan lan kuningan, disini saya posting beberapa ucapan selamat hari raya galungan lan kuningan,,
langsung aja okey .. cekidot.. 


Jika hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh/
Jika hati seputih awan, jgn biarkan dia mendung/
Dika pikiran dan prasangka membuat hati gelap, mari terangi dengan cahaya sucinya DHARMA.
“rahajeng nganggra rahina Galungan”

Kamis, 12 Januari 2012

doa sehari-hari

Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum, misalnya, membuka rapat/ pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku.
OM ASATO MA SAT GANAYA
TAMASO M
A JAYATIR GANAYA
MRITYOR M
AMRITAM GAMAYA
(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar, dari jalan gelap ke jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)
OM UTEDANIM BHAGAWANTAH SYAMOTA
PRAPITWA UTA MANDHYE AHNAM
UTODIT
A MAGHAWANTA SURYASYA WAYAM
DEW
ANAM SUMANTAU SYAMA
(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.)
OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA
OM WAKTRA PARISUDAHAYA NAMAH SW
AHA
(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)
OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH
OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH
(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)
OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA
(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)
OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)
OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA
OM SARIRA PARISUDHAM
AM SWAHA
(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)
Bisa pula dengan doa atau mantram ini:
OM GANGGE CA YAMUNE CAIWA
GODAWARI SARASWATI
NARMADE SINDH
U KAWERI
JALE’SMIN SANNIDHIM KURU
(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil sungai suci Gangga, Yamuna, Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)
OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA
OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SW
AHA
(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)
Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.
Doa panganjali:
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti menyembah, diangkat sejajar dada.
OM SWASTYASTU
(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)
OM HIRANYAGARBHAH SAMAWARTATAGRE
BH
UTASYA JATAH PATIREKA ASIT
SAD
ADHARA PRITIWIM DYAM UTEMAM
KASMAI DEW
AYA HAWISA WIDHEMA
OM PURNAM ADAH PURNAMIDAM
P
URNAT PURNAM UDACYATE
P
URNASYA PURNAM ADAYA
P
URNAMEWAWASISYATE
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara semua makhluk, seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci Yajurveda:
OM ANNAPATE ANNASYA
NO DEHYANMIWASYA SUSMINAH
PRA-PRA D
ATARAM TARIS URJAM
NO DHEHI DWIPADE CATUSPADE
(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
OM ANUGRAHA AMRTADI SAÑJIWANI YA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)
OM DHIRGAYUR ASTU, AWIGHNAMASTU, SUBHAM ASTU
OM SRIYAM BHAWANTU, SUKHAM BHAWANTU, P
URNAM BHAWANTU, KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA
OM, S
ANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAM
OM SIDHIRASTU TAD ASTU SW
AHA
(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).
OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYAYA NAMAH SWAHA
SARWA KARYA PRASIDH
ANTAM
OM S
ANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya, hanya atas anugrahMu-lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik. Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).
OM ASATO MA SADYAMAYA
TAMASO M
A JYOTIR GAMAYA
MRTYOR M
A AMRTAM GAMAYA
OM AGNE BRAHMA GRBHNISWA
DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA
BRAHRNAWANITWA KSATRAWAHI SAJ
ATA
WANYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHY
AYA
(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin negara dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)
OM PRANO DEWI SARASWATI
W
AJEBHIR WAJINIWATI
DHINAM AWIÑYAWANTU
(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)
OM PAWAKANAH SARASWATI
W
AJEBHIR WAJINIWATI
YAJÑAM WASTU DHIY
AWASUH
(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci, anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini.)
OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI
DHARMAM WAS
ANAS TAPASODATISTAT
TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA
LYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA S
AKAMA
(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama. Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)
OM DEWAKRTASYAINASO AWAYA JANAM
ASI MANUSYAKRTASI NAMA AWAYA JANAM
ASIPITRA KITASI NAMO AWAYA JANAM ASYATMA
KRTASYAENASO AWAYA JANAM
ASYENA SA’ ENASE WAYA JANAM ASI
YACCHAHAM ENO VIDVAMSCAKARA
YACCHAVIDVAMS TASYA VA YA JANAM ASI
(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa, terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)
OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT
(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan dalam upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hamba memotong hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)
OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH
(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan semuanya.)
OM ATMA TATTWATMA NARYATMA
SWADAH ANG AH
OM SWARGANTU, MOKSANTU, S
UNYANTU, MURCANTU
OM KS
AMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.) .
OM IHA IWA STAM MA WI YAUSTAM
WISWAM
AYUR WYASNUTAM
KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH
MODAM
ANAU SWE GRHE
(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada pasangan penganten ini kebahagiaan, keduanya tiada terpisahkan dan panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang memberikan penghiburan, tinggal di rumah yang penuh kegembiraan.)
OM WISOWISO WO ATITHIM
WAJAYANTAH PURUPRIYAM
AGNIM WO DURYAM WOCAH
STUSE S
USASYA MANMABHIH
(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkau amat mencintai umatMu. Engkau adalah sahabat yang maha pemurah. Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam ucapan maupun tenaga dan dalam lagu pujian.)
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO
JAGATAH STHATURUBHAYASYA YO WASI
SA NO DEWAH SAWIT
A SARMA YACCHA TWASME
KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
OM WICAKRAME PRTHIWIM ESA ETAM
KSETR
AYA WISNUR MANUSE DASASYAN
DRUW
ASO ASYA KIRQYA JANASA
URUKSITIM SUJANIM
A CAKARA
(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini, menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)
OM TACCAKSUR DEWAHITAM SUKRAM UCCARAT
PASYEMA SARADAH SATAM
JIWEMA SARADAH SATAM
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.)
OM SAM GACCHADWAM SAM WADADWAM
SAM WO MANAMSI J
ANATAM
DEWA BHAGAM YATHA PURWE
SAMJ
ANANA UPASATE
OM SAMANI WA AKUTIH
SAM
ANA HRDAYANI WAH
SAM
ANAM ASTU WO
MANO YATHA WAH SUSAHASATI
OM ANO BHADRAH KRATTAWO YANTU WISWATAH
(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu. Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala penjuru.)
OM ANUGRAHA MANOHARAM
DEVADATTA NUGRAHAKA
ARCANAM SARW
A PUJANAM
NAMAH SARWA NUGRAHAKA
OM KSAMA SWAMAM JAGADNATHA
SARWA P
APA HITANKARAH
SARWA KARYA SIDHAM DEHI
PRANAMYA S
URYESWARAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci, ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram. Bunyinya:
OM DYAUH SANTIR ANTARIKSAM SANTIH
PRTHIWI S
ANTIR APAH SANTIR
ASADHAYAH SANTIH WANASPATAYAH SANTIR
WISWE DEWAH S
ANTIR BRAHMA SANTIH
SARVAM S
ANTIH SANTIR EWA SANTIH
S
A MA SANTIR EDHI
(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta. Semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami)
OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI
(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)
OM WISWANI DEWA SAWITAR
DURI T
ANI PARA SUWA
YAD BHADRAM TANNA
A SUWA
(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)
OM TRAYAMBHAKAM YAJAMAHE
SUGANDHIM PUSTI WARDHANAM
UNWARUKAM IWA BANDHAN
AT
MRTYOR MUKSIYA M
AMRTAT
(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
Doa untuk pelantikan pejabat negara:
(Yang dilantik biasanya menirukan)
OM A BRAHMAN BRAHMANO BRAHMAWARCASI JAYATAMA
RASTE RAAJANAH SURA ISAWYO TIWYADHI MAHARATHO JAYATAM
DOGDHRI DHENURYOD
ANAD WANASUH SAPTIH PURANDHIRYOSAJISNU
RATHESTHAH SABHEYO YUW
ASYAJAYAMANASYA WIRO JAYATAM
NIK
AAME-NIKAME NAH PARJANYO WARSATU PHALAWATYO NA
OSADHAYAH PACYANTAM YOGAKSEMO NAH KALPAT
AAM
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual. Semoga pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu, lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)
OM-MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYDH
(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia membela seperti para pahlawan kami.)
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)

urutan persembahyangan agama hindu

Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan –baik dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:
1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
OM PRASADA STHITI SARIRA SIWA SUCI NIRMALAYA NAMAH SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.
2. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
OM SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
OM ATI SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
3. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:
OM ANG WAKTRA PARISUDDMAM SWAHA
atau lebih pendek:
OM WAKTRA SUDDHAYA NAMAH
Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.
4. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
OM AM DUPA DIPASTRAYA NAMA SWAHA
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.
5. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali.
Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:
OM BHUR BHVAH SVAH
TAT SAVITUR VARENYAM
BHARGO DEVASYA DHIMAHI
DHIYO YO NAH PRACODAY
AT
Tuhan adalah bhur svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita.
OM NARAYANA EVEDAM SARVAM
YAD BH
UTAM YAC CA BHAVYAM
NISKALANKO NIRAÑJANO NIRVIKALPO
NIR
AKHYATAH SUDDO DEVA EKO
N
ARAYANO NA DVITÌYO’STI KASCIT
Ya Tuhan, Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
OM TVAM SIVAH TVAM MAHADEVAH
ÌSVARAH PARAMESVARAH
BRAHM
A VISNUSCA RUDRASCA
PURUSAH PARIKÌRTITAH
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa.
OM PAPO’HAM PAPAKARMAHAM
P
APATMA PAPASAMBHAVAH
TR
AHI MAM PUNDARIKAKSA
SAB
AHYABHYANTARAH SUCIH
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
OM KSAMASVA MAM MAHADEVA
SARVAPR
ANI HITANKARA
M
AM MOCA SARVA PAPEBYAH
P
ALAYASVA SADA SIVA
Ya Tuhan, ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.
OM KSANTAVYAH KAYIKO DOSAH
KS
ANTAVYO VACIKO MAMA
KS
ANTAVYO MANASO DOSAH
TAT PRAM
ADAT KSAMASVA MAM
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa.
Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
OM PUSPA DANTA YA NAMAH SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang.
Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:
OM ATMA TATTWATMA SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:
OM ADITYASYA PARAM JYOTI
RAKTA TEJO NAMO’STUTE
SWETA PANKAJA MADHYASTHA
BH
ASKARAYA NAMO’STUTE
Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiran-Nya pada waktu memuja.
Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang.
Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:
OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA
SARWA WYAPI WAI SIW
AYA
PADM
ASANA EKA PRATISTHAYA
ARDHANARESWARYAI NAMO NAMAH
Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.
4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak “dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki).
Mantramnya adalah:
OM ANUGRAHA MANOHARAM
DEWA DATT
A NUGRAHAKA
ARCANAM SARW
A PUJANAM
NAMAH SARW
A NUGRAHAKA
DEWA-DEWI MAHASIDDHI
YAJÑANYA NIRMAL
ATMAKA
LAKSMI SIDDHISÇA DIRGH
AYUH
NIRWIGHNA SUKHA WRDDISCA
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:
OM DEWA SUKSMA PARAMA CINTYAYA NAMA SWAHA.
OM S
ANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:

 
Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:
OM, AKASAM NIRMALAM SUNYAM
GURU DEWA BHYOM
ANTARAM
CIWA NIRWANA WIRYANAM
REKH
A OMKARA WIJAYAM
Artinya: YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA
SARVA WY
API VAI SIWAYA
PADM
ASANA EKAPRATISTHAYA
ARDHANARESWARYAI NAMO’NAMAH
Artinya: Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut:
OM ISANAH SARWA WIDYANAM
ISWARAH SARWA BH
UTANAM
BRAHMANO’ DHIPATIR BRAHM
A
SIVO ASTU SADASIWA
Artinya: Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini:
OM, GIRIMURTI MAHAWIRYAM
MAH
ADEWA PRATISTHA LINGGAM
SARWADEWA PRANAMYANAM
SARWA JAGAT PRATISTHANAM
Artinya: Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.

Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga
:
OM, CATUR DIWJA MAHASAKTI
CATUR ASRAME BHATT
ARI
SIWA JAGATPATI DEWI
DURG
A SARIRA DEWI
Artinya: YaTuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya:
OM BRAHMA PRAJAPATIH SRESTHAH
SWAYAMBHUR WARADO GURUH
PADMAYONIS CATUR WAKTRO
BRAHM
A SAKALAM UCYATE
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman, mantramnya:
OM BRAHMA WISNU ISWARA DEWAM
TRIPURUSA SUDDH
ATMAKAM
TRIDEWA TRIMURTI LOKAM
SARWA WIGHNA WINASANAM
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.

Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya
:
OM NAGENDRA KRURA MURTINAM
GAJENDRA MATSYA WAKTRANAM
BARUNA DEWA MASARIRAM
SARWA JAGAT SUDDH
ATMAKAM
Artinya: Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya:
OM SRIDHANA DEWIKA RAMYA
SARWA RUPAWATI TATHA
SARWA JÑANA MANISCAIWA
SRI SRIDEWI NAMO’STUTE
Artinya: Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.


trikaya dan satya ( saramuccaya)

ada baiknya dibaca kutipan fafsiran sloka-sloka bab Trikaya dan Satya (termasuk bab Bodoh) dalam Saramuccaya berikut.
 
Bab Trikaya : Sloka 73: Adalah karmaphala namanya, yaitu pengendalian hawa nafsu, sepuluh banyaknya yang patut dilaksanakan. Perinciannya, gerak pikiran tiga banyaknya; perilaku perkataan empat jumlahnya; gerak tindakan tiga banyaknya : jadi sepuluh banyaknya, perbuatan yang timbul dari gerakan badan, perkataan dan pikiran; itulah patut diperhatikan

Sloka 75: Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya yaitu : (a). Perkataan jahat, (b). Perkataan kasar menghardik, (c). Perkataan memfitnah, (d). Perkataan bohong (tak dapat dipercaya); Itulah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan dipikir-pikir akan diucapkan

Sloka Niti Sataka

Bacalah beberapa Sloka Niti Sataka di bawah ini, yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan.
7. YADAKINCI JJNYOAHAM DVIPA IVA MADANDHAH SAMABHAVAM, TADA SARVAJNO ASMITYA BHAVADA VALIPTAM MAMA MANAH, YADA KINCITKINCID BUDHAJANA SAKASADAVAGATAM, TADA MURKHOASMITI JVAR IVA MADO ME VYAPAGATAH.
Ketika menguasai sedikit pengetahuan, aku bagaikan seekor gajah yang mengamuk, penuh dengan keangkuhan dan merasa paling tahu segalanya, tetapi ketika mulai bergaul dengan orang-orang bijaksana, maka kesombonganku perlahan-lahan mereda bagaikan demam, dan akhirnya menyadari bahwa aku adalah orang bodoh.
9. SIRAH SARVAM SVARGAT PASUPATISIRASTAH KSITIDHARAM, MAHI DHRADUTTUNGADAVANIMAVANESCAPI JALADHIM, ADHO ADHO GANGEYAM SA PADAMUPAGATA STOKAMATHAVA, VIVEKA BHRASTANAM BHAVATI VINIPATAH SATAMUKHAH.
Bagaikan sungai Gangga yang mengalir dari swargaloka dan jatuh diatas kepala Dewa Siwa, kemudian jatuh lagi di puncak Himalaya, kemudian jatuh ke bumi dan mengalir kelaut hingga mencapai tempat terendah. Demikian pula manusia yang telah kehilangan kesadarannya, akan jatuh dengan ratusan cara.

Rabu, 11 Januari 2012

sloka-sloka indah

CANAKYA NITI SASTRA:

BAB I Sloka 16.
Visadapyamrtam grahyam
Amedhyadapi kancanam
Nicadapyuttaman vidyam
Stri-ratnam duskuladapi
Artinya: Saringlah Amerta meskipun ada dalam racun, ambilah emas meskipun ada di dalam kotoran. Pelajari ilmu pengetahuan keinsyafan diri walaupun dari seorang yang masih anak-anak atau orang kelahiran rendah. Dan juga meskipun seorang wanita lahir di keluarga yang jahat dan hina, tetapi kalau ia berkelakuan mulia bijaksana ia patut diambil sebagai istri.
BAB II Sloka 6.
Na visvaset kumitre ca
Mitre capi na visvaset
Kadacit kupitam mitram
Sarva guhyam prakasayet.
Artinya : janganlah menaruh kepercayaan kepada teman jahat/kumitra. Juga jangan terlalu percaya kepada teman dekat sekalipun, sebab kalau ia marah, segala rahasia anda akan dibukanya.

kisah- kisah reingkarnasi


Tang Jiangshan


Majalah Femina Dunia Timur dari propinsi Hai Nan – Tiongkok telah memuat sebuah kisah reinkarnasi yang mengharukan, mengkisahkan pengalaman dari Tang Jiangshan dari kecamatan Gan Cheng, kota Dong Fang di timur pulau/propinsi Hai Nan.
Tang Jiangshan lahir pada tahun 1976, sewaktu berumur 3 tahun pada suatu hari ia tiba-tiba mengatakan kepada kedua orangtuanya: “Saya bukan anak kalian, pada kehidupan lampau nama saya adalah Chen Mingdao, ayah kehidupan lampauku bernama San Die. Rumah saya di Dan Zhou, dekat laut.” Omongan ini kalau didengar orang lain bagaikan omong kosong, perlu diketahui, Dan Zhou terletak di utara pulau Hai Nan, berjarak 160 km dari kota Dong Fang. 
Selain itu Tang Jiangshan mengatakan bahwasanya dirinya dibunuh dengan menggunakan golok dan tombak di dalam aksi kekerasan pada masa revolusi kebudayaan, konon di bagian pinggangnya masih terdapat bekas luka bacok peninggalan kehidupan masa lalu. Yang membuat orang merasa takjub ialah Tang Jiangshan mampu berbicara dialek Dan Zhou dengan sangat fasih. Orang Dan Zhou berbicara bahasa Jun, berbeda sekali dengan dialek Hok Kiannya kota Dong Fang, seorang bocah berumur beberapa tahun bagaimana bisa?

Jumat, 06 Januari 2012

RAMAYANA



Wiracarita Ramayana terdiri dari tujuh kitab yang disebut Saptakanda. Urutan kitab menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam Wiracarita Ramayana.
Nama kitab Keterangan
Balakanda Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab Balakanda juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
Ayodhyakanda Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.
Aranyakanda Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa yang diganggu oleh para rakshasa. Kitab Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.
Kiskindhakanda Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
Sundarakanda Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang membangun jembatan Situbanda yang menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman yang menjadi duta Sang Rama pergi ke Alengka dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka.
Yuddhakanda Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
Uttarakanda Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.

MAHABARATA

Mahābhārata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahābhārata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.


Nama kitab Keterangan
Adiparwa Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernafaskan Hindu, seperti misalnya kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga muridnya, kisah para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Byasa, kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya rakshasa Hidimba di tangan Bhimasena, dan kisah Arjuna mendapatkan Dropadi.
Sabhaparwa Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
Wanaparwa Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
Wirataparwa Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Dropadi sebagai penata rias.
Udyogaparwa Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua kelompok.
Bhismaparwa Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
Dronaparwa Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
Karnaparwa Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
Salyaparwa Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.
Sauptikaparwa Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
Striparwa Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
Santiparwa Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai Raja.
Anusasanaparwa Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
Aswamedhikaparwa Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
Asramawasikaparwa Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api sucinya sendiri.
Mosalaparwa Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
Mahaprastanikaparwa Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Dropadi ke puncak gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
Swargarohanaparwa Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.