Senin, 12 Desember 2011

6 hal yg harus direnungkan


indriarthesu vairagyam
anahamkara eva sa
janma mrtyu jara vyadhi
duhkha dosa anu darsanam
(Bhagawad Gita.XIII.8)
Maksudnya: Melepaskan indria dari ikatan benda-benda duniawi, bebas dari rasa egoisme, senantiasa merenungkan permasalahan kelahiran (janma), kematian (mrtyu), umur tua (jara) sakit (vyadhi), duhkha dan dosa.
UNTUK meningkatkan kualitas kehidupan di bumi ini ada dinyatakan dalam Bhagawad Gita XIII,8 agar setiap saat merenungkan enam hal yang disebut sad anu dharsanam. Enam kelemahan itu kalau tidak direnungkan dapat menimbulkan penderitaan. Tapi kalau direnungkan baik-baik maka dampak negatifnya dapat diperkecil. Sad anu dharsanam itu adalah:
1. Janma artinya lahir ke bumi ini. Lahir ke bumi hendaknya dipahami sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri lahir dan batin. Kelahiran ke bumi ini seyogianya dipahami dengan baik melalui perenungan berdasarkan petunjuk kitab suci dan ilmu pengetahuan. Dengan perenungan itu akan diperoleh wawasan hidup yang baik dan benar. Arti kata darsana dalam bahasa Sansekerta adalah memandang atau pandangan.
Hidup ini akan diselenggarakan dengan baik apabila didasarkan pada pandangan yang baik dan benar. Yang dimaksud sad anu darsanam adalah merenungkan enam permasalahan hidup sampai mendatangkan pandangan yang benar tentang maknanya kelahiran di bumi ini.
Agar perenungan itu mendatangkan pandangan yang benar, baik dan tepat maka landasannya adalah kitab suci sabda Tuhan dan ilmu pengetahuan. Tanpa berdasarkan kitab suci dan ilmu pengetahuan maka hakekat hidup ini tidak dapat dipahami dengan benar dan baik. Menyelenggarakan kehidupan ini tanpa wawasan makna kelahiran ke bumi ini dapat disalah gunakan untuk membuat derita diri sendiri dan orang lain.
Dalam hidup ini kalau kita mampu senantiasa berprilaku berdasarkan dharma maka kitab suci menjanjikan akan memperoleh kehidupan bahagia di sekala maupun di niskala. Renungan dengan landasan kitab suci dan ilmu pengetahuan amat diperlukan agar setiap langkah dalam hidup ini dapat dianalisa dengan cermat untuk terhindar dari prilaku adharma.
2. Mrtyu artinya siapa saja yang pernah lahir cepat atau lambat pasti akan mati. Kapan kita mati yang pasti tahu hanyalah Tuhan sendiri. Karena mati itu sudah pasti renungkanlah sejak awal agar mati kita menurut ukuran umum mati secara wajar. Dalam ajaran Hindu ada yang disebut: mati benar, mati salah pati dan mati ulah pati.
Semua orang yang normal tentunya mengharapkan dalam hidupnya agar mati ”bener” artinya mati yang wajar. Mati yang tidak diharapkan oleh setiap orang normal adalah mati salah pati dan mati ulah pati. Mati salah pati seperti mati diterkam binatang buas, mati tenggelam, mati ditimpa pohon, mati tertimbun tanah longsor dan sejenisnya. Sedangkan mati ulah pati adalah mati bunuh diri.
Umumnya manusia normal mengharapkan mereka agar Tugan mentakdirkan mereka ”mati bener” atau mati yang menurut anggapan umum mati sewajarnya. Untuk mohon mati wajar itulah yang senantiasa direnungkan dan diupayakan dalam hidup ini. Disamping itu yakinilah sedalam-dalamnya bahwa Tuhanlah yang maha Tahu tentang diri kita. Dalam perenungan itu upayakanlah untuk menumbuhkan keyakinan sekuat mungkin bahwa akhirnya Tuhanlah yang menentukan kapan kita mati. Dengan demikian kita akan senantiasa berhati-hati dan ikhlas dalam menjalankan hidup ini.
3. Jara artinya umur tua. Menjalani hidup tua dengan usia lanjut bukanlah baru kita renungkan saat kita sudah tua. Menghadapi usia lanjut hendaknya direnungkan sedini mungkin. Perenungan itu dimaksudkan agar persiapan untuk menghadapi hari tua baik mental maupun fisik dilakukan dengan sebaik-baiknya. Usia tua dapat diidentikkan dengan masa Wanaprstha dalam sistem Catur Asrama.
Dalam Kekawin Nitisastra dinyatakan saat usia lanjut tengah tuwuh sawecana gegenta. Artinya kalau sudah setengah umur swadharma-nya adalah sebagai penasehat saja. Ikhlaskanlah estapet kehidupan ini pada generasi muda. Karena itu kalau sudah tua janganlah berebut berbagai peran kehidupan pada generasi tua. Swadharma orang yang sudah lanjut usia adalah membagi pengalamannya pada generasi selanjutnya. Dengan demikian hormat generasi muda pada yang tua akan lebih mudah dapat dicapai. Dengan renungan yang benar itu derita usia lanjut dapat diminimalkan.
4. Vyadhi artinya sakit. Keadaan sakit itu tidak pernah diharapkan oleh siapa saja. Tetapi sakit itu pernah saja singgah pada diri siapa saja. Orang bijak mengatakan lebih baik mencegah dari pada mengobati. Ini artinya mencegah timbulnya penyakit itu hendaknya didalami benar sejak awal. Karena kesalahan dari awal dalam memelihara kesehatan itu akan amat sulit ditanggulangi kalau sudah tua. Menanamkan dasar-dasar hidup sehat hendaknya dilakukan sedini mungkin. Kalau terlambat menyiapkan diri mencegah suatu penyakit maka seumur hidup kita akan menyesal.
Kehidupan beragama Hindu seyogianya mendidik umat Hindu untuk membangun hidup sehat sejak dini. Apa lagi dalam ajaran Weda dikenal adanya ajaran Ayurveda yang khusus untuk menuntun umat Hindu agar bisa hidup sehat dan bugar atau Swasthya. Penyebaran ajaran Ayurveda kalah gencar dilakukan oleh umat Hindu dibanding dengan tatacara berupacara yadnya.
5. Dukha artinya sedih atau derita. Dinamika hidup dibumi ini memang suka dan duka. Karena itu konsep hidup bahagia dalam satra suci Hindu mengatasi suka dan duka. Bhagawad Gita II.15 menyatakan: sama duhka sukham dhiram: artinya seimbang dan tangguhlah menghadapi suka dan duka. Dalam Sloka tersebut dinyatakan barang siapa yang seimbang dan tangguh menghadapi suka dan duka ia akan mendapatkan hidup yang bahagia sampai mencapai sorga.
6. Dosa berasal dari kata dush artinya melemahkan atau merusak. Ini artinya dalam hidup ini ada perilaku manusia yang melemahkan bahkan sampai merusak ada yang menguatkan. Manusia hendaknya senantiasa memikirkan dalam-dalam agar jangan berbuat untuk melemahkan dirinya dengan berbuat dosa yang menjauhkan hidup ini pada hidup bahagia apalagi sorga. Dengan merenungkan sebelum berbuat kita akan lebih mampu menghindari dari dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar