ada
baiknya
dibaca kutipan
fafsiran
sloka-sloka
bab
Trikaya dan
Satya (termasuk
bab
Bodoh) dalam
Saramuccaya
berikut.
Bab
Trikaya
: Sloka 73:
Adalah
karmaphala namanya,
yaitu
pengendalian hawa
nafsu,
sepuluh banyaknya
yang patut
dilaksanakan.
Perinciannya,
gerak
pikiran tiga
banyaknya;
perilaku
perkataan
empat
jumlahnya; gerak
tindakan
tiga
banyaknya
: jadi
sepuluh
banyaknya, perbuatan
yang timbul
dari
gerakan badan,
perkataan
dan
pikiran; itulah
patut
diperhatikan.
Sloka
75: Inilah yang
tidak
patut timbul
dari
kata-kata, empat
banyaknya
yaitu
: (a). Perkataan
jahat, (b).
Perkataan
kasar
menghardik, (c). Perkataan
memfitnah, (d).
Perkataan
bohong (tak
dapat
dipercaya); Itulah
keempatnya
harus
disingkirkan dari
perkataan,
jangan
diucapkan, jangan
dipikir-pikir
akan
diucapkan.
Sloka
77: Sebab yang
membuat
orang dikenal
adalah
perbuatannya, pikirannya,
ucapan-ucapanya;
hal
inilah yang sangat
menarik
perhatian orang,
untuk
mengetahui kepribadian
seseorang;
oleh
karena itu
hendaklah yang
baik
itu selalu
dibiasakan
dalam
laksana/perbuatan, perkataan
dan
pikiran.
Sloka
78: Dikatakan
amat
sukar untuk
menerapkan
sifat
guna (satwa)
dalam
perbuatan, perkataan,
dan
pikiran,;
meskipun
hal itu
merupakan
kesulitan yang
amat
besar, seyogianya
janganlah
hal itu
dianggap
penghalang
merupakan
kesulitan (harus
terus
berusaha sampai
berhasil).
Bab
Satya (Kebenaran):
Sloka 125:
Tak
berjauhan bisa (racun)
itu
dengan amrta;
Di
sinilah, di
badan
sendirilah tempatnya;
keterangannya,
jika
orang itu
bodoh (lihat
bab
Bodoh
pada Sloka 399-404)
senang
hatinya kepada
adharma,
bisa
atau racun
didapat
olehnya; sebaliknya
kokoh
berpegang kepada
kebenaran,
tidak
goyah hatinya
bersandar
kepada dharma,
maka
martalah diperolehnya.
Sloka
131: Adalah
orang yang
berkata, yang
mengakibatkan
kesedihan
orang lain,
entahlah
menyanggupi
atas
selesainya kerja
orang lain,
akan
tetapi
ternyata ia
berbohong:
Orang yang
demikian
perilakunya
tidak
takut akan
kawan
neraka; Bukanlah
ia
berbuat celaka
bagi
dirinya sendiri,
sekalipun
orang lain
sebenarnya yang
mengalami
malapetaka
itu;
Singkatnya, janganlah
mengucapkan
perkataan yang
demikian
itu.
Sloka
132: Adapun
kata-kata yang
patut
diucapkan, ialah
kata-kata yang
mengandung
kebenaran;
jangan yang
berupa
penusuk hati,
jangan yang
merupakan
umpatan,
hendaklah
kata-kata yang
bermanfaat;
Janganlah
kata-kata yang
kasar,
jangan kata-kata yang
terpengaruhi
kemarahan,
jangan
kata-kata fitnahan;
Demikianlah
misalnya
kata-kata yang
tidak
patut dikeluarkan.
Sloka
134: Pada
hakikatnya
adalah
demikian ini;
Bukan
perkataan yang tidak
benar,
bohong namanya,
dan
bukan perkataan yang
benar
itu, disebut
kebenaran,
melainkan
sesungguhnya,
biarpun
bohong kata-kata
itu
namun selalu
menimbulkan
kebaikan
saja,
membuat akibat yang
menyenangkan
kepada
semua makhluk
hidup,
itulah kebenaran
disebut:
Meskipun
sesuai
dengan apa yang
terjadi
jika tidak
mendatangkan
akibat yang
menyenangkan
kepada
semua makhluk
hidup,
dusta disebut
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar